Dalam sepetik curahan
pada warna-warni semu yang terulangi
dengan sama dan sejalan. Tawa terlalu minim untuk terbuka lebar dan benar-benar
terkuak.. Bukan guyonan belaka, atau sandiwara yang terelokkan oleh sutradara
handal yang tersiar begitu besar. Bagian
merah tubuh ini telah mengeluh mendapati tingkah sesosok pemuna yang berkedok
dalam nama asmara harapan bak hanya jadi secuik harapan.. takkan pernah pudar
dari makna kata harapan itu pribadi. Sudah hanya andaian saja untuk terharapkan
kau merasakan menguak apa yang sebenarnya digembar-gemborkan.
Kulihat warna kilap
pada sambaran selarik huruf yang terangkai dalam sebuah kata kemudian
berbaris-baris menjadi sebuah kalimat, sungguh meliriknya saja aku tersanjung,
serasa berterbangan diatas lautan nan biru, namun itu hanyalah lirikan kisah
yang telah terajut.. entah berapa detikan yang telah dilewatkan penghitung
untuknya. Kesejukan dalam sastra tak terlogika tak jadikan bulukuduk ku
meradang lagi.. semua hanya terlihat biasa.
Sebait salam dalam
tanda berbaur dan mengadu dan di kedalaman insan akan segera terkirimkan.
Ringan, itulah rasa yang menggenang dalam bait rusuk luarku. Namun.. berat,
itulah yang terasa pada lubuk tulang dalamku. Tak sepatah kata pun yang terucap
akan menyilaukan bait harapan walau dalam alurnya nanti terbanting keras namun
kenyataan tetap lah menjadi kenyataan.
Sekaranglah waktu nya,
waktu dimana sepenggal harapan yang penah digambarkan oleh pelukis-pelukis
nostalgia kasih akan musnah, Sekaranglah waktu dimana kedua belah tangan harus terlempar
dalam sisi yang berbeda.. sisi itu teramat tak dekat.. berpuluhan kilometer
bahkan mungkin peneliti takkan sanggup mengukur betapa jarak antara itu semua.
Melepas dengan paksaan, mungkin sebait itulah yang hanya bisa terlontar..
Sejauh itulah aku akan meleparkan sebongkah rajutan cerita yang pernah akan
diriwayatkan.
Bukan salah siapapun
dalam aroma durja saat ini. Wajar saja, jika alam merasuki tubuhmu lalu
menambah citarasa yang entah menggerakan naluri mu supaya mengeser beberapa
bait tingkahmu. Seramun-ramun pesona mu
sempat singgah diperniagaan raga ini, namun tetap saja noda tetap noda
membayarnya tak cukup dengan rayuan angan, colekan cita, ataupun gemuruh yang
sejenak menghantui.
Sekarang aku terpaku
dalam kenyataan seperti ini : Sebuah kisah terlukis bukan karena terpegang,
bukan karena termiliki namun akibat goresan tangan-tangan mungil yang menghendaki, begitulah kiranya.
#fiksilagu
#inspirationbySejauhMungkin_Ungu @kampusfiksi
Comments
Post a Comment
be leave a comment