Setiap detik langkah ku.. aku mencoba menguatkan nulariku untuk memulainya. Aku bukan orang yang terbilang jahat. dan aku juga tak mau jika ada orang yang mengatakan aku jahat. Pasalnya, aku tak pernah berbuat sesuatu yang ekstrim dan yang dibilang jahat pada setiap orang.
Lantas.. aku juga bukan orang yang bisa dibilang baik. Aku masih terampau dini untuk mengukur seberapa banyak keselahan tiap langkahku ini pada sang Khaliq dan juga insan lain.Bisa kubilang tahap ini aku dalam lingkup nostalgia palsu belaka. Aku masih terbilang labil dalam menyikapi diriku sendiri.
Waktu tak pernah menghentikan perkataanya sekejappun dan aku hanya terdiam dalam kegalauan ku selama aku disini. Tempat ini serasa gelap, tak ada satu lilin pun yang memancarkan cahaya dalam liyah-liyuh dunia. Kebimbangan mulai terjadi. Satalah aku tak melakukan apapun kemudian apa aku akan mendapatan asa yang kumau? apa aku bisa menjadi puing-puing zat yang ada dalam bulan. Terbang dilangit tanpa harus bermimpi mempunyai sayap. Berubah warna dalam setiap tempat tanpa harus menjadi bunglon.
Jelas, aku takkan pernah gapai itu semua. Dan jawaban yang paling utama ada pada raga ini. Asa ini tak berbuat apa-apa. Namun ragaku terasa pahit. Ketika orang lain beranjak mendapat apa yang mereka ingin, dengan apa yang mereka bisa lakukan. Dengan apapun misalkan merangkak, mengesot, atau terbaring. Mereka berupaya menjadikan hidup sebagai acuan yang tak pernah ada tombakknya. Mereka terpacu keras pada Sang Raja Siang dalam memberi kehidupan.
Teraakhir, aku pilu, aku malu. Aku diam namun ku simpan asa ku. Dan asa itu hanya akan menjadi lontaran abu dari setiap mimpiku? sedang orang lain telah mencapai titik yang mungkin belum pernah kuupayakan sama sekali. Oh Tuhan. Aku sangat bimbang.
Aku takkan menjadi siapa-siapa kalau aku hanya lenggah dalam mimpi proyek besarku. Lantas aku harus patahkan rasa malas ku. Aku bunuh semua pernyataan yang membuatku lebih mati lagi. Aku bakar semua yang membayangiku untuk tidak seperti apa yang kumau. Selanjutnya, aku bangun. Aku berdiri didepan kaca. Aku lihat diriku dengan seksama. Aku lalu beranjak membuka buku-buku dan materi-materi yang dirasa sebagian murid membinggungkan.
Apapun yang tak pernah kuinginkan bisa akan terwujud begitupun sebaliknya. Jangan terlalu bodoh untuk berkata jika kita bodoh, untuk berkata jika orang rendah tidak bisa tinggi, untuk berkata jika tak mampu berusaha. Aku pulang.. kepada pernyataan yang membuatku bangkit. Kepada ibu ku yang selalu ku sanjung dan wanita yang terluhur yang pernah kukenal. Kepada bapakku yang selalu menyayangiku dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang juga kukenel sebagai pria tangguh dan penyayang. Kepada Masku yang terampau menemaniku saat impian membelaiku. Yang utama adalah aku pulang pada Sang Ilahi, dalam setiap hentakan nafas ini, nafas yang berkeliaran dalam tiap kejapan pelangi.
Mimpi adalah alasan aku kembali. Allah adalah Tuhan yang memberi segala petunjuk yang dihadapi insan. Mama ku adalah spiderwomen yang takkalah tangguh dari spider yang ada di film-film. Bapakku adalah faktor pemicuku yang membangkitkan kembali duniaku untuk tetap bercengkrama dengan dunia.Masku adalah alasan dimana aku harus selalu menjadi pribadi yang mengkondisikan diriku selalu dekat dengan Ilahi.
Aku kembali,, dengan asaku. Aku pulang dengan semangatku. Aku meninggalkan segala keresahanku pada duni. Aku berbekal iman dan pengorbanan yang membara. Semoga.. Allah meridhoiku. Amiiin
salam
Novena
Lantas.. aku juga bukan orang yang bisa dibilang baik. Aku masih terampau dini untuk mengukur seberapa banyak keselahan tiap langkahku ini pada sang Khaliq dan juga insan lain.Bisa kubilang tahap ini aku dalam lingkup nostalgia palsu belaka. Aku masih terbilang labil dalam menyikapi diriku sendiri.
Waktu tak pernah menghentikan perkataanya sekejappun dan aku hanya terdiam dalam kegalauan ku selama aku disini. Tempat ini serasa gelap, tak ada satu lilin pun yang memancarkan cahaya dalam liyah-liyuh dunia. Kebimbangan mulai terjadi. Satalah aku tak melakukan apapun kemudian apa aku akan mendapatan asa yang kumau? apa aku bisa menjadi puing-puing zat yang ada dalam bulan. Terbang dilangit tanpa harus bermimpi mempunyai sayap. Berubah warna dalam setiap tempat tanpa harus menjadi bunglon.
Jelas, aku takkan pernah gapai itu semua. Dan jawaban yang paling utama ada pada raga ini. Asa ini tak berbuat apa-apa. Namun ragaku terasa pahit. Ketika orang lain beranjak mendapat apa yang mereka ingin, dengan apa yang mereka bisa lakukan. Dengan apapun misalkan merangkak, mengesot, atau terbaring. Mereka berupaya menjadikan hidup sebagai acuan yang tak pernah ada tombakknya. Mereka terpacu keras pada Sang Raja Siang dalam memberi kehidupan.
Teraakhir, aku pilu, aku malu. Aku diam namun ku simpan asa ku. Dan asa itu hanya akan menjadi lontaran abu dari setiap mimpiku? sedang orang lain telah mencapai titik yang mungkin belum pernah kuupayakan sama sekali. Oh Tuhan. Aku sangat bimbang.
Aku takkan menjadi siapa-siapa kalau aku hanya lenggah dalam mimpi proyek besarku. Lantas aku harus patahkan rasa malas ku. Aku bunuh semua pernyataan yang membuatku lebih mati lagi. Aku bakar semua yang membayangiku untuk tidak seperti apa yang kumau. Selanjutnya, aku bangun. Aku berdiri didepan kaca. Aku lihat diriku dengan seksama. Aku lalu beranjak membuka buku-buku dan materi-materi yang dirasa sebagian murid membinggungkan.
Apapun yang tak pernah kuinginkan bisa akan terwujud begitupun sebaliknya. Jangan terlalu bodoh untuk berkata jika kita bodoh, untuk berkata jika orang rendah tidak bisa tinggi, untuk berkata jika tak mampu berusaha. Aku pulang.. kepada pernyataan yang membuatku bangkit. Kepada ibu ku yang selalu ku sanjung dan wanita yang terluhur yang pernah kukenal. Kepada bapakku yang selalu menyayangiku dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang juga kukenel sebagai pria tangguh dan penyayang. Kepada Masku yang terampau menemaniku saat impian membelaiku. Yang utama adalah aku pulang pada Sang Ilahi, dalam setiap hentakan nafas ini, nafas yang berkeliaran dalam tiap kejapan pelangi.
Mimpi adalah alasan aku kembali. Allah adalah Tuhan yang memberi segala petunjuk yang dihadapi insan. Mama ku adalah spiderwomen yang takkalah tangguh dari spider yang ada di film-film. Bapakku adalah faktor pemicuku yang membangkitkan kembali duniaku untuk tetap bercengkrama dengan dunia.Masku adalah alasan dimana aku harus selalu menjadi pribadi yang mengkondisikan diriku selalu dekat dengan Ilahi.
Aku kembali,, dengan asaku. Aku pulang dengan semangatku. Aku meninggalkan segala keresahanku pada duni. Aku berbekal iman dan pengorbanan yang membara. Semoga.. Allah meridhoiku. Amiiin
salam
Novena
Comments
Post a Comment
be leave a comment