Skip to main content

Short story about the power of love


Pelangi Dimata Saka

karya: Irna Dwi I

Ketika senja menyinari dunia yang semakin padam. Laksana kalbu juga melayang-layang… Aku naima. Sejak sore itu aku mengawali prasangka ku bahwa kenyataan berbicara kau yang mewarnai rupa-rupa nastapa hidupku. Layang rindu tak kan jauh dari benakku… Saat aku duduk di dalam dua liyah-liyuh makhluk lain tanpa kusangka sesosok rupa berbicara.
“Haii.. bagaimana harimu saat ini? Apakah kau bahagia?” ucap nya
     Aku hanya diam, tak satu pun huruf yang terlontar dari bibir ini. Aku terpesona dengannya. Sungguh bukan karena rupa wajah tampannya namun gejolak api yang serasa membara dalam jiwa ketika mendekatinya..aku semakin terdiam dan dia semakin mendekat…  kemudian ia tanya lagi aku dengan pertanyaan bodohnya 
     “Apakah tadi turun hujan? Mengapa matahari seakan berbicara pada api bahwa pelangi melekat dimataku” ocehnya sembari tersenyum geli
     “Apakah aku mengenalmu sebelumnya?” tanyaku dengan rasa perasa penasaraan
     “Aku pun tidak menyangka Tuhan memiliki rencana indah bagi setiap umatNya, bahkan tak hanya umat yang Tuhan kasihi” perjelas nya dengan tangan yang sembari ingin menjelaskan Sesutu hal yang tak pasti itu
     Aku pun kembali terdiam.. suasana hatiku lebih buruk dari pada sebelumnya. High! Ini telah puncak high!! Durdurdur.. sesekali aku menatap mata yang seakan menggambarkan indahnya dunia, sesekali aku menggerakkan kaki ku keatas dan kebawah. Mata itu kembali berbicara 
     “Bolehkah aku duduk? Tuhan telah melukiskan dua insane untuk bertemu dan Tuhan juga telah memisahkan dua insan untuk melihat” ucapnya dengan seakan menerangkan rayuan yang tidak sepalsu kebohongan.
     “Jujur, aku tak sama sekali mengerti apa yang jadi pola terbentuk itu, yang kau ucap dalam bait-bait manis itu, dan kau lontarkan dalam sukma dalam ku, namun sudahah, duduk lah…”
     Sejak saat itu aku menegtahui nama Saka itu ialah Rafsya. Dia penduduk baru yang sedang menyelesaikan kuliahnya difakultas yang sama dengan ku, psikologi. Tak kami sangka obrolan senja itu mengantarkan kami pada qob’la maghrib. Dan aku pun berkata padanya aku harus pulang.
     “Kamu benar Saka, Tuhan telah melukiskan dua insan untuk bertemu tadi, dan sekarang Tuhan memisahkan dua insan yang telah dikehendakinya” bicara ku pada seorang laki-laki lugu itu
     “Dengarlah pelangi, aku saat ini tak tau nama indah mu itu.. namun saat aku melihat mu mataku menemukan bagian nya yang telah lama hilang, dan kumohon kau dapat mengerti itu. Siapa itu Saka? Tuhan memang benar pelangi namun Tuhan juga menakdirkan dua insan untuk kembali bertemu” ucapnya dengan tatapan yang mengilaukan pandanganku.
     “Saka itu dirimu. Dan apakah pelangi itu aku? Kurasa aku tak pantas memakai nama itu sebagai sandangan ditiap hariku. Kamu benar.. Tuhan lah yang berhak menyampaikan bagaimana takdir yang terbaik untuk setiap insannya.”
     “Tak seperti itu pelangi. Setiap manusia berhak mendapatkan pujian dari apa-apa yang telah Tuhan beri. Aku mengagumi anugerah Tuhan yang dipoleskan lewat sikap dalam hati tulusmu” Ungkap kembali seorang Rasya.
     “Sudahlah, matahari hampir menempatkan diri, lagi pula ini sudah malam” jawabku pada seorang laki-laki itu sembari berdiri dan menggendongkan tas yang ku bawa sepulang kuliah
     “Semoga pelangi itu milik mata ku, Naima…” ucap laki-laki itu mengikuti gerak namima berdiri
     “Amiiin” jawabku dengan nada lirih sambil meningalkan tempat ia beranjak
***
     Sesampainya dirumah aku belum melepas tas yang ada digendongan ku dan mencopot sepatu yang melekat pada kaki ku. Aku berfikir tentang Saka. Bagaimana bisa dua orang yang baru saja berkenalan berbicara seolah-olah I’m yours. Sudahlah aku beranjak mengambil wudhu dan aku melaksanaakan kewajibanku sebagai seorang muslim. 
     Sebeum tertidur aku menyempatkan membaca novel-novel yang ditugaskan dari dosenku maklum anak sastra kayak gini. 2,5 jam aku membaca novel itu.. bosan tidak bosan ini lah kewajibanku. Ketika aku membereskan semua novel-novel yang kubaca aku menemukan sepujuk kata dalam kertas yang berwarna biru muda saat kubuka dan saaat itu kubaca tertulis “Ketika pelagi itu sudah tertakdirkan untuk menghuni sebuah bola mata seorang Saka” aku sempat terkaget-kaget ketika aku membacanya, langsung aku teringat pada sesosok laki-laki yang kupanggil Saka itu. 
     “Apakah dia yang memberikan ini kemudian menarohnya ke dalam tas ku?” gumamku sembari memegang sepujuk kertas yang ku temukan. “Tapi apa mungkin dia?”  
“Apa yang kau fikirkan naima?” sahut Laras, seorang remaja yang baru duduk di bangku SMA. Laras memang  sudah seperti adikku sendiri bahkan dia satu kost dengan ku
“Oh tidak ras. Aku haanyyy…………..” belum sempat ku lanjutkan kata-kata ku Laras menyahut kertas yang kupegangg di tangan kananku
“Ketika pelangi itu sudah tertakdirkan untuk menghuni sebuah bola mata seorang Saka… emmm ciyeee pasti ini dari cowokmu ya? Ehhm,, ciye-ciye” guyon Laras dengan candanya
“Bukan Ras.. jadi tadiiiiiiiiii…….” Cerita panjangku
“Oh.. lantas ? kamu sudah tau dimana dia tinggal? Dia kuliah? Umur berapa? Trus apakah udah memiliki pasangan? Atau pin bb nya? Emmm.. line? Fb? Twitter?” tanya Laras dengan gayanya sebagai cewe yang sosialita
“Memang sulit berbicara dengan orang yang termakan oles sosmed! Sudah dia hanya laki-laki yang tadi sore memilki kesan puitis padaku, sudahlah, tidur sana” suruhku sembari memegang pundaknya.
“Yeah. Nice dream sist..” ucap Laras sembari menutup pintu kamarku..
Laras pun keluar, aku masih memegangi kertas yang masih kuragukan siapa pengirimnya..  Sebelum aku tidur aku membuka akun fb ku terlebih dahulu, dan aku mengupdate statusku hari ini “Tuhan tak akan salah menakdirkan sesuatu bagi setiap umatnya” tuing tuingg… terkirim. Okey, saat itu aku mulai memejamkan mata ku.. belum sempatku mendapatkan mimpi dalam hayalku bunyi ponselku seakan memanggilku kembali..Emm, sudahlah besok pagi saja kubuka, mimpi sudah siap menjumputku…..
***
     Pagi benar aku bangun untuk shalat subuh 04.0, tak apalah selagi menunggu adzan aku ingin membaca beberapa fiksi yang diberikan teman satu kelasku, Radit.  Kring..kringgg ternyata ada telphon dari pemberi fiksi ini
      “Assalamualaikum nona manis, bagimana hari mu pagi ini? Ternyata kamu sudah terbagun duluan ya. Aku telat dong?  Hari ini mau kuliah jam berapa? Hmm, aku jemput ya? Btw sudah mandikah? Apa baru sarapan?” lebar Radit dengan beribu ocehannya
     “Waalaikumsalam..Seandainya aku punya mesin pengering dit. Ada yang bisa saya bantu?” singkatku
“Kenapa? Apa kamu sedang sibuk? Kamu ggak sakit kan? Apa lagi banyak kerjaan?” lanjutnya dengan lebar kembali
“Lupakan, sempai bertemu di kampus” akhir pembicaraanku ditelphon
      Anak itu memang aneh. Kita sekawan sejak SMA. Entahlah dia baik padaku dan kawan-kawan lainya, namun banyak teman yang berkata bahwa dia menyukaiku.  Ah sudahlah… anak itu juga puitis, karyanya sudah banyak diterbitkan. Kembali ke ponsel, gara-gara si Radit nelfon aku jadi baca comment status fbku yang tadi malem. “Saka Rasya Primanda mengomentari status anda”… masyaalllahhhhh…………… langsung kubaca. Dan dan dan commentnya seperti ini “Pasti, dan takkan keliru :D” aku memelototi  layar hpku. Aku tersenyum-senyum sendiri melihat comment yang orang itu beriakan tanpa terlebih dahulu membacanya aku lansung membiarkan jari-jariku membuka beberapa profilnya… inilah orang yang kemarin ditakdirkan Tuhan bersamaku. Takterasa adzan subuh telah terdengar.. sejenak ku ketikan beberapa huruf untuk membalas commentnya… “Aminn ” itulah jawaban singkatku. Adzan menjemputku.
***
     Singsingan pagi mengantarku kealam sastra yang tak luput dari tebalan kilauan yang merdeka. Kubuka jendela. Sejenak ku berdiri di samping jendela itu. Dan yang kutemui selain binaran udara adalah baying-bayang Saka. “No…no… I don’t know about him!” protes diriku pada batinku sendiri.
*** 
    Mbemmm… mbemmm suara motor matic yang diberikan bapak setahun lalu padaku. Melaju pada kampus yang kutuju.  Rumput-rumput menyapaku dengan manja. Aku buru-buru menyetandarkan motorku dan saat aku berdiri seraya membuka helmku dari belakang ada yang memanggilku 
“Ima.. naima, pelangi” katanya…
“Iya.. aku duga pasti kamu dan ternyata benar kamu.” Jawabku sambil mengeletakkan helmku
“Dunia memang tak sempit ya. Mari masuk kelas” ajaknya dengan gaya tangannya yang berbicara
     Jujur. Aku tertarik pada gaya bicaranya yang serupa denganku. Singkat. Tapi penting. Saat berjalan berdua kami membicarakan banyak tentang sastra. Maklumlah, dia sudah satu semester diatasku. Sesekali beberapa temannya berbicara seraya manja 
     “Ciyee… rasya ciiiie” kata salah satu mahasiswi yang kurasa ia mengagumi Saka namun yasudahlah.
     “Apa yang kamu fikirkan saat ini?” tanyanya
     “Apa maksudmu? Aku berfikir bahwa emmm… ini rencana Tuhan” jawabku 
     “Jadiii… bolehku tau pin bb mu? Hahaa” tanya laki-laki itu dengan guyon
     “Message aku nanti…” jawabku sambil  meninggalkanya
     “Ingat ya… Tuhan telah melukiskan dua insan untuk bertemu tadi, dan sekarang Tuhan memisahkan dua insan yang telah dikehendakinya dan pelangi takkan berpaling 
***
Send. Yah pin ku telah dia ketahui. Dikelas kutemui Radit yang terlihat bersedih. Kenapa dia, batinku ingin mendekati namun kutau pasti nanti dia akan salah sangka. 
     “Im.. love you” kata si Radit 
“Heh??  Kita kan sahabat dit…” ucap aku yang bediri dihadapan Radit
“Tapi … masak? Kamu akan ku buat cinta sama aku” tegas laki-laki seusiaku itu
“Terserahlah ya mau ngomong apa kamu,,” ucap aku dengan nada sedikit kesal
Dalam fikiranku sangat ambyar. Aku tau siapa Radit, dia adalah orang yang sangat keras dalam pendirian , aku hanya takut dia melakukan hal yang aneh atau nekat. 
     Aku segera keluar dari ruangan itu dengan muka agak sedikit kecewa… aku tak menyangka sahabat ya sering memberiku solusi malah bilang kalau dia mencintaiku lebih dari sesosok sahabat.  Aku masih heran ya dengan dia , sedih juga sih ya nanti kalau persahabatan kita remuk. Bagaimana?  Emm, fikirku ya pusing banget saat itu semakin aku langkahkan kakiku semakin  lemah, yang terakhir kulihat  adalah sesosok pria yang selama ini kupanggil Saka.

***
     Takkusangka, ketika aku terbangun dari takkesedaraanku yang pertama kali kulihat adalah mata indah itu… Lalu ia dengan lembut menatap wajahku. Aku pun takkuasa untuk meneruskan pandangan itu. Lalu pelan-pelan kubangun kan badanku untuk sejenank duduk menyender, kemudian aku seperti orang yang kebingunggan… Saka masih disampingku serasa membawa segelas air hangat, sepertinya. Kita mengobrol kembali tentang kejadian yang menimpaku tadi sebelum aku pingsan, dan takkusangka tiba-tiba Radit datang dengan seribu kemarahanya. Radit mamarahi Sakayang telah membawaku ke ruang UKS. Aku pun langsung memarahi Radit karena sifatnya yang sangat tidak kusuka saat itu.
     Radit kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi setelah kubentak. Kemudian Saka masih menemaniku di ruang UKS. Aku ditanya banyak tentang hubunganku dan Radit. 
     “Dan ingatlah satu hal pelangi, pasti Tuhan mempertemukan dan memisahkan orang itu sudah menjadi takdir,   dan Pelangi itu pasti tetap ada dalam satu mata insane Tuhan yang telah ditakdirkan” ucapnya dengan bijak
     Aku hanya menganggukkan kepala saja. Lalu aku berkata padanya jika aku ingin pulang kemudian ia menawari untuk diantarkan tapi aku berusaha menolaknya. 
“Sudah.. aku bisa pulang sendiri. Lagipula aku sudah baikan kok, btw makasih ya kamu sering nonggol pas aku lagi susah” kataku pada si pemilik mata indah itu
Aku keluar dari pintu itu dan kita telah berpisah karena arah. Takkusangka lagi Radit masih menungguiku didepan UKS, rupanya dia mendengarkan semua pembicaraanku pada Saka. Kulihat ia memegang ipad yang sering ia bawa lalu gerik-geriknya seperti orang yang tampak marah besar lantas aku bertanya apa yang terjadi.
“Kau baik-baik saja?” kataku
“Tidak pernah! Semanjak kau dekat dengan pria itu!” katanya dengan sedikit nada tinggi
“Dengar. Jika aku menyukainya j=kau tak berhak untuk melarangku” balasku dengan sedikit kasar
“apakah kau tau siapa laki-laki itu sebenarnya? ucap Radit sambil menunjukkan ipadnya
“Kau! Bagaimana kau bisa dapat foto ini? Kau pasti hanya mengeditnya saja” ucapku saat melihat foto Saka bersama seorang wanita dipelaminan.  
Tanpa banyak bicara aku pergi meninggalkan Radit dan aku pulang dengan tangisan kosong. Aku heran apa maksud semua perkataan manis yang telah ia rangkai begitu tampak indah yang dia berikan saat itu perasaan ku semakin kalut. Namun ada satu hal perkataan darinya yang tak bisa kulupa bahwa Tuhan telah melukiskan dua insane untuk bertemu dan Tuhan juga telah memisahkan dua insan untuk melihat. Walau aku sakit, namun ketika aku teringat kata-kata seseorang yang menyakitiku aku bangkit!
 ***
     Esok hari, katika aku bangun subuh Saka menelephonku. Aku takkuasa untuk tak mengangkatnya walau dia sudah sangat membuat aku terluka. Yah sudahlah aku angkat aja. 
     “assalamualaikum” kata Saka
“Waalaikumsalam, ada apa?” kataku
“Secuek inikah pelangiku? Setauku pelangi memiliki banyak warna untuk menhibur tempat persinggahanya” katanya dengan manis
“Sudahlah, takusah basa-basi. Ada apa?” kataku
       Ternyata Saka mematikan telphonya lalu didepan rumah terdengar suara yang berkata “Tuhan telah melukiskan dua insane untuk bertemu dan Tuhan juga telah memisahkan dua insan untuk melihat” aku pun tau siapa orang itu. Kulangkakahkan kakiku kedepan rumah dan ………
     Dia menanyaiku apa yang terjadi padaku sebenarnya. Akupun jujur padanya apa yang terjadi.. dia mulai menjelaskan semuanya dan dia mengakhirinya dengan tertawa. Ternyata wanita yang ada dalam foto yang dibawa Radit itu kakaknya yang seminggu lalu menikah. Kemudian ia berkata 
     “Lantas, kaulah pelangi mataku” kata Saka
“Kau yakin?” tanyaku dengan singkat
“Hanya Tuhanlah yang memiliki kepastian yang pasti namun Tuhan telah melukiskan dua insane untuk bertemu dan Tuhan juga telah memisahkan dua insan untuk melihat.” Jawabnya
“em. Lalu apakah kau siap jika Radit masih menggangu kita” kataku dengan rasa was-was
“Coba kaulihat di sebelah utara itu” perintah Saka sembari menunjukkan arah taman depan kamar kostku
“Oh.. syukurlah” kataku
Ternyata Radit telah bersama teman kostku sendiri,  Laras. Aku pun tidak menyangka dan akhirnya kita tertawa bersama dan berkata Tuhan telah melukiskan dua insane untuk bertemu dan Tuhan juga telah memisahkan dua insan untuk melihat. 
“Dan kamulah pelangi yang akan mengisi bola mataku tiap detikku” kata Saka
“Kamu juga tempat yang akan melindungi aku tiap waktu” kataku dengan tersenyum.
***    
Don’t worry about who will to be yours because Allah is knowing who the best for you, although you do not know who are and what is the meaning of “The best” according Allah  



Comments

Popular posts from this blog

I'LL COME BACK, quickly

     Assalamualaikum Selamat sore... Hari yang tak sebegitu melelahkan telah tiba. Hari sabtu. Ya,  Gak nyangka banet aku udah kelas 9 nih. Em- padahal masih pengen di masa-masa biru putih. Nyenengin, Leluconan, etc lah pokoknya yang menyenangkan. Duhh- Dan yang paling kudu aku yakin kan adalah nilai. Ehm uhuk, piye jal?  Utekku ki utek standar neng pengen neng ekamas :( Duh siapa sih orang GK yang cinta bget sama GK dan gak mau ke Ekamas? Ekamas gtu? Ehem. Tapi kalo aku sih ya suka sih suka tapi liat kemampuan ajalah ya.. Dan cari peluang!  Well, karena aku cuma punya utek standar ya pas-pas lagi ajalah. Targetku sih dapet nem yang ya semoga aja maksimal gitu.. tapi semua itu kuasa tuhan lah ya.. Aku gak nergetin sih aku sekolah dimana.. Yang pasti aku tetep di handayaniku tercinta. Masak sih aku khianat sama kota tersayangku ini :* Weelll again, kelas 9 itu banyak tugas ya. Materinya bikin uhuk.. yakalo yang pinter mah enak gampang.. nah...

Tak kusangka (Love can kill all your saying)

Tak kusangka (Love can kill all your saying) Oleh: Irna Dwi Namaku Irna Dwi Indriyani. Aku biasa dipanggil Ena(kalo dirumah) kalo di sekolah banyak yang manggil Irrr. Aku salah satu murid di salah satu SMP di Kabupaten Gunungkidul. Ya, saat ini aku duduk di kelas viii. Usiaku masih sangat muda sekali 14tahun. Ya gak sihh?? :D Ditenggah riyah-riyuh damai gelora cinta remaja di sekitarku. Aku adlah salah satu yang tak ingin ikut campur dengan cinta. Aku punya dendam tersendiri dengan cinta. Yah.. aku memutuskan tidak ingin pacaran.. mennurutku pacaran hanya buang waktu saja, hanya berbau negative saja, dan hanya umbar hasrat saja. Aku sempat miris, ohya.. pagi itu ada kabar tak sedap yang tercium di smpku.. siswa berpacaran dengan cara negative.. ya aku sering sekali mendengar dan menanggapi soal itu karena aku juga ketua osis disitu, jadi wajar aku sering ikut campur masalah itu. Ya.. selain kejadian disekolah, dikalangan keluargaku saja juga iya.. adik sepupuku bernama Ima. Im...

Between Katalis and LPIR

     Hei temen-temen blogger sekalian, kaliini aku pengen cerita ni tentang katalis. Yup katalis. Mungkin kalian (kalo ada yang baca, kalo enggak ya gapapa) :v bertanya-tanya apasih itu katalis..  Nah, jadi awalnya seperti ini di SMPku, SMP N 3 PANGGANG yang berlokasi di Gunungkidul itu ada salah satu kelompok yang berisikan beberapa siswa mengikuti semacam Kelompok Kerja Lab gitu(pertamanya) yang di bina oleh Bu Dewi Setya Wulandari S.Si yang kebetulan adalah guru IPA di SMP kami.       Alhamdulillah ternyata katalis dapat eksis sampai sekarang di SMP kami, yang sudah ada 2 tahun ini.. em, kegiatan dikatalis seru lho. ada yang kegiatan yang berbau kekeluargaan juga tapi tetep mendidik sekali bagiku.       Nah waktu itu katalis belum seperti sekarang yang lembih berfokus pada karya tulis ilmiah, namun karena waktu itu, tepatnya awal 2014 SMP kami mendapat undangan semacam seminar gitu tentang karya tulis, dan perlu diketah...