Daun layu nan sendu datang merambat iringan merdu Aku bak disambar petir yang tak berwarna kelabu Aku cinta tapi aku membisu Aku hanya bersabda pada tiap-tiap sudut hati yang terganggu Tertawa bagai makhluk tanpa dosa Ya, itulah nyawa yang bangkit dari kata binasa Itulah sebuah kenangan yang hadir tanpa paksaan Itulah denyut nadi yang berdetak tanpa berhenti Sejatinya rindu ini beralasan Membawa pilu yang penuh masa kelam Namun apa daya aku hanyalah cinta yang lapuk tanpa dewa Pantas atau tidak itu bukanlah pertanyaan yang lumrah bagi sang maha cinta Bagiku pilu ini adalah asa tiada tara Lalu jika ku pendam apakah aku masih bernapas lega? jika ku buang apakah tanganku masih bergerak bebas? Oh manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang sering murka Membabi butakan cinta yang sirat makna Mencampuradukkan dunia dengan yang jauh berbeda Tanpa kau hadir aku telah memendam jawaban Kau akan diam, aku pula Jika kau menolak, aku pasrah Begitulah cinta Mengalir seperti takkan...
Hujan Rintik rintik terasa sunyi Setiap titik takkan pernah dihitung pasti hanyalah Kuasa tuhan yang berarti Hanyalah kita sebagai khalifa perlu menyukuri Hujan Bawa kenangan yang sulit padam Memendam rindu juga ancaman Cerita indah tentang ribuan orang yang akan selalu dikenang Hujan Jika hujan merintik tanpa batas Seperti malam yang memeluk dingin Seperti bintang yang selalu menjaga malam Hujan Mengisahkan cerita yang buat orang tak berdaya mendengarnya Cerita yang dipandang tak kuat jika melihatnya Cerita yang hanya bisa menjadi cerita saja Hujan Jika kau menyediakan sedikit saja pelangi untukku Aku memesan warna yang buram saja Terlalu terang tidak baik untuk penerima pesan samaran Hujan Jika sudah aku pinta pantulkan warna untuknya, hanya untuknya.